Translate

Sabtu, 06 April 2013

Banjiirrrr.....

Belum genap dua bulan tinggal di wilayah ini, kami sudah disuguhkan banjir di depan rumah sebanyak dua kali. Banjirnya sich cuma "numpang lewat" aja di jalanan depan rumah.
Tapi meski numpang lewat, volume airnya lumayan besar cuy!
Bahkan derasnya air yang mengalir ke arah utara dah mirip sungai wkwkwkwk.....

Banjir adalah hal yang biasa di tempat baru kami ini. Aku sendiri sadar sesadar sadarnya saat membeli tanah dan rumah (lama) di sini.
Itulah yang menjadikan harga yang aku bayarkan relatif murah di bandingkan dengan wilayah sekitar yang bebas banjir.
Aku cukup membayar kurang dari separuh nilai NJOP yang tertera dalam akta jual beli dan struk Pajak Bumi Bangunan.

Meski daerah banjir, yang membuatku memutuskan untuk membelinya adalah luas tanah dan posisi!
Tanah yang kubeli berada di hook dan di pinggir jalan masuk komplek.
Luasnya pun lumayan lah buat ku: 285m2.
Selain itu, karena aku sendiri sudah merasa menjadi bagian dari wilayah JM ini.
Maklum aku sudah mengenal wilayah ini sejak 1989.

Untuk "mengatasi" banjir, yang bisa kulakukan hanyalah satu: meninggikan lahan yang kumiliki.
Karena ketinggian banjir di jalan masuk komplek rata-rata sekitar 40-an sentimeter maka saat aku merenovasi bangunan, lahan tersebut aku tinggikan sekitar 1,4 meter dari level dasar.
Level dasar adalah level akses jalan masuk komplek.

Tentu saja aku tidak meninggikan lahan rumahku setinggi itu. Karena lahan yang ada saat itu levelnya sudah lebih tinggi dari akses jalan komplek.
Aku cukup menambah ketinggian sekitar 1 meteran, rata-rata.

Nah, kembali ke banjir.
Saat banjir melanda komplek kami minggu lalu, aku dan keluarga memandangi arus air yang lumayan deras yang mengalir di atas jalan komplek.
Beberapa kendaraan roda dua yang mencoba nekad melintasi jalan tersebut.
Ada yang berhasil dan ada juga yang gagal alias mogok.
Duh kasian banget deh yang motornya mogok!

Ketinggian air memang juga lumayan lho.
Sebagai gambaran, saat sebuah becak melintas, airnya hampir mengenai tempat duduk penumpang.
Itupun sang pengemudi becak hanya bisa mendorongnya.
Tak mungkin ia kayuh.

Banjir kedua yang melanda terjadi hari kamis kemarin.
Banjir biasanya akan terjadi bila curah hujan di sekitar kami dan di wilayah selatan cukup tinggi.
Katakanlah, bila hujan deras berlangsung selama 3 jam nonstop, maka peluang terjadinya banjir cukup tinggi.

Komplek terkena banjir selain karena berada di leveling yang lebih rendah dari jalan raya utama juga karena komplek kami dilintasi sebuah anak sungai.
Lebar anak sungai hanya sekitar 2 meteran lebih sedikit.
Akibatnya bila terdapat "kiriman" air dari arah selatan dan anak sungai tersebut tidak mampu menampung lagi, maka dipastikan air akan luber ke jalan masuk komplek.
Sebenarnya yang terjadi adalah: si air mencari jalan sendiri menuju arah utara hehehe.

Dan bila hujan mereda, maka sekitar 2-4 jam kemudian akses jalan komplek pun normal kembali.
Lantas bagaimana kalau banjir tersebut terjadi saat di pagi atau sore hari?
Saat aku harus ke kantor dan anak-anak harus ke sekolah?
Saat aku pulang dari kantor dan anak-anak pulang dari sekolah?

Aku tidak perlu khawatir akan hal ini.
Yang pasti rumah tidak akan kerendam. (kecuali kalau ketinggian air 2 meter! hehehe)
Selain itu, ada beberapa akses menuju tetangga komplek yang kontur tanahnya lebih tinggi.
Jadi, aku dan keluarga bisa menggunakan akses tersebut.
Aman.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar